Kita Harus Lebih Realistis!
sumber : www.google.com |
Kenapa kok tadi bahasan ane malah melenceng sampai ke soal mimpi sama
harapan ya. Kata "realistis" dalam Kamus Besar Bahasa Indonesi punya
arti "bersifat nyata/wajar". Jadi pada intinya kata realistis punya arti
bahwa sebuah sikap yang menunjukkan seseorang akan sebuah
kewajaran/kenyataan yang sesungguhnya terjadi.Nah, dari pemaparan ane
tentang kata "realistis" yang didukung sama KBBI sendiri, ane sendiri
agak bingung juga kenapa harus ngangkat topik "realistis" ini jadi bahan
postingan di blog ini. Jujur beberapa hari yang lalu di twitter kemaren
ane pernah ngtweet pake kalimat "Realistis jal!" (dalam bahasa
Indonesianya cobalah realistis). Ane ngetweet buat temen ane yang upload
foto sama seorang cewek yang notabene artis korea anggota salah satu
girband SNSD (ane tau karena dulu kepaksa nonton video clip musiknya
bareng dia) akhirnya tanpa pikir panjang ane reply tweetnya dengan
kalimat ane tadi. Simpel memang, cukup dua buah kata walaupun memakai
struktur dalam tata bahasa Jawa, namun punya arti untuk mengingatkan
seseorang buat kembali berpijak ke bumi.
Kenapa? takut ane, jika orang-orang mulai mengidolakan atau mengagumi seseorang maupun kumpulan orang, biasanya mereka bakalan cenderung lupa daratan dan bisa dibilang "sakit".Sakit disini ane nggak bermaksud ngejek atau menghina, sakit menurut ane mereka akan terkena virus yang cukup akut menjangkiti diri mereka. Wajar memang bagi seseorang untuk mengidolakan sosok lainyya apabila itu dianggap pantas diidolakan, tapi lebih baik sewajarnya saja, dan alangkah baiknya "kita harus lebih realistis" saja. Daripada kita mengidolakan sampai tergila-gila efeknya bisa jadi kita dianggap beneran gila bagi lingkungan kita, apalagi kalau kita aktif didunia nyata dan maya bakalan jadi sorotan.
Kenapa? takut ane, jika orang-orang mulai mengidolakan atau mengagumi seseorang maupun kumpulan orang, biasanya mereka bakalan cenderung lupa daratan dan bisa dibilang "sakit".Sakit disini ane nggak bermaksud ngejek atau menghina, sakit menurut ane mereka akan terkena virus yang cukup akut menjangkiti diri mereka. Wajar memang bagi seseorang untuk mengidolakan sosok lainyya apabila itu dianggap pantas diidolakan, tapi lebih baik sewajarnya saja, dan alangkah baiknya "kita harus lebih realistis" saja. Daripada kita mengidolakan sampai tergila-gila efeknya bisa jadi kita dianggap beneran gila bagi lingkungan kita, apalagi kalau kita aktif didunia nyata dan maya bakalan jadi sorotan.
"Berpikiran positiflah gan..." |
Jadi menurut pandangan ane begini gan, sah-sah saja kita punya mimpi
cita-cita yang tinggi setinggi gedung Burj Kalifa, tapi alangkah baiknya
"kita harus lebih realistis" saja dengan apa yang Tuhan titipkan pada
kita. Sehinga "realistis" itu sendiri bisa menjadikan kita lebih mawas
diri dan bisa mengetahui segala nikmat yang telah diberikan oleh Tuhan.
Misal saja agan punya mimpi jadi seorang dokter namun agan berasal dari
keluarga petani, memang apa salahnya bermimpi jadi seorang dokter bagi
setiap orang. Kuliah hingga lulus menjadi seorang tidaklah murah dan
mudah, selain butuh biaya yang cukup wah, juga punya otak yang
berprosesor wah juga. Tapi kalau Tuhan berkehendak lain, mungkin akan
memberikan jalan lewat beasiswa ataupun sebagainya. Lebih baiknya
daripada kita terperosok dijurang yang sempit lebih baik kita terperosok
di restoran yang mewah. Bagaimana itu bisa, menurut ane daripada kita
punya harapan yang tinggi banget sampai-sampai cukup mustahil mending
kita "realistis" saja. Kalau kita berasal dari keluarga petani, kita
lihat sekeliling kita, apa saja kejadiaan yang ada di lingkungan kita
yang mungkin bisa dikembangkan dimasa depan. Jadi, lebih baik kita
memilih opsi menjadi seorang Sarjana Pertanian agar kelak bisa
mengembangkan dunia pertanian di lingkungan kita, karena menurut hemat
saya pertanian merupakan salah satu lahan penafkahan yang potensial
untuk masa depan (nanti lain kali akan saya bahas).
Nah, untuk pos kali ini saya mengambil simpulan bahwa hidup lebih enak
kalau kita lebih bisa "realistis" dan bisa membaca keadaan. Dengan
realistis kita bisa tahu sejauh mana kemampuan diri kita sendiri, dan
menyadari potensi yang ada dalam kita. Namun, jangan sampai kita lupa
dengan Tuhan yang telah memberikan kenikmatan dan anugerah bagi kita
umatnya dengan bersyukur dan berdoa memohon nikmat kepadanya. Terima
Kasih.
No comments:
Post a Comment